Translate

Entri Populer

Kamis, 05 Juli 2012

Hikmah dari Sebuah Pohon

Syiar-Fosil - Kali ini hikmah yang kudapatkan berasal dari sebuah pohon seri di depan rumah pamanku tempat ku tinggal sekarang. Layaknya rumah-rumah lainnya disekitar rumah pamanku itu, semuanya ditumbuhi pohon seri. Mulai dari rumah tetangga ku disamping kiri, kanan, maupun didepan rumahku. Semuanya ditumbuhi pohon seri ini.
Memang tidak diragukan manfaat pohon seri itu. Ketika matahari sedang terik ia mampu menjadi pelindung dari panasnya sinar matahari. Apalagi jika siang-siang kita duduk dibawah pohon itu, wah.. rasanya rindang banget apalagi dihembuskan semilir angin yang sepoi-sepoi.. waduh.. tidak butuh waktu lama untuk tertidur.
Hikmah itu datang ketika aku merasakan kejenuhan akibat pohon itu. Bayangkan setiap pagi aku harus menyapu halaman depan rumah yang berserakan akibat dedaunan yang jatuh dari pohon itu. Apalagi jika musim angin kencang, kesabaranku benar-benar diuji. Hanya beberapa detik saja selesai menyapu suatu bagian di depan rumahku itu, daun-daun itupun kembali jatuh. Ketika selesai kusapu lagi, jatuh lagi, trus ku sapu lagi, eh, dibagian yang lain sudah banyak yang jatuh. Belum lagi daun-daun yang ku kumpulkan kembali berserakan di terpa sang angin. Oh angin.. ngajak duel ya?? Karena ku begitu kesal, akupun memanjat pohon itu dan menggoyang-goyangkannya layaknya tarzan sedang bergoyang diatas pohon memanggil beruang.. Heleh ?? akhirnya daunnya turun semua dan akupun melanjutkan kembali menyapu halaman.

Siang harinya, pekarangan rumah pamanku kembali berserakan. Namun aku cuek saja dengan alasan aku akan menyapunya ketika sudah banyak. Tiba-tiba bibiku memarahiku dan mengatakan kalau aku begitu malas hingga tidak mau menyapu sampah yang jelas-jelas tampak didepanku. Astaghfirullah.. bukan maksudku begitu wahai bibiku.. namun…. Ah,, aku hanya  bisa diam mendengar nasehat bibiku tanpa balasan kata-kata. Hanya perasaan kesal kepada pohon seri itu menyelinap dalam hati.

Sejenak ku lihat pohon itu dengan rasa kesal. Namun apa salahnya hingga aku begitu kesal dengan nya? Ia juga makhluk Allah. Ia tidak berkomentar dan juga tidak bisa menahan daunnya untuk jatuh tepat pada waktunya. Semua itu kehendak Allah. Allahlah yang mengaturnya. Jika aku marah kepada pohon itu, berarti aku juga marah pada penciptanya, yaitu Allah?. Astaghfirullah. Hati ini menjadi malu dengan kebodohannya yang merasa sok tahu. Bagaimana mungkin aku bisa kesal hanya dengan sebatang pohon yang juga memberi manfaat padaku? Kini akupun duduk dan mulai berfikir tentang hikmah pohon ini tumbuh di depan rumah pamanku.

Hikmah pertama kutemukan setelah kumelirik kearah pohon-pohon yang tumbuh di rumah-rumah tetanggaku. Ada yang tinggi batangnya tapi dibagian atasnya jarang-jarang dan tidak rindang karena sering ditebang. Jika hari panas mungkin tidak cukup untuk menutupi sinar matahari ke bawah pohon dan sekitar rumah. Ada juga yang benar-benar tidak rindang sama sekali. Batang pohonnya telah besar sekali namun ranting-rantingnya kurus akibat sangat seringnya dipotong dibagian sana dan sini. Alasan pemiliknya karena terkesan semak. Padahal menurutku keadaan pohonnya sekarang malah semakin tidak sedap dipandang. Ada lagi yang benar-benar rindang, namun setelah kuperhatikan dan kubandingkan dengan pohon didepan rumahku, ternyata pohonku lebih ideal dari mereka semua. Mulai dari perbandingan tinggi batang dan lebarnya rindangan pohon seimbang dan juga ranting-rantingnya lebat sehingga hanya sedikit celah cahaya matahari bisa masuk kebawah pohon.Jika masuk di Chart MTV “Top 10 pohon terbaik di komplek rumahku” pasti ada diposisi pertama..hihihi. Ternyata, banyak hal yang tidak kulihat selama ini. Pohon ini juga ibarat kehidupan, masing-masing kita memiliki pohon yang tumbuh dari hari kehari. Dan setiap hari pula dedaunannya jatuh hingga kita harus menyapunya. 

Ya begitu juga dengan hidup ini, setiap hari kita selalu disuguhi dengan beragam masalah. Semakin tinggi dan rindangnya pohon yang kita miliki, maka akan semakin banyak dedaunan yang akan jatuh dan semakin luas jangkauan yang harus kita sapu agar bersih. Begitu juga dengan hidup. Semakin banyaknya ilmu yang kita miliki, semakin banyaknya harta yang kita miliki, semakin tingginya jabatan yang kita punya, semakin bertambahnya usia kita, semakin bertambahnya derajat kehidupan kita, maka masalah dan rintangan itu pasti akan semakin bertambah banyak. Itulah yang harus kita jalani demi mendapatkan hasil yang lebih baik setiap harinya, dan pohon kitapun akan semakin bermanfaat, semakin rindang dan semakin melindungi kita dari teriknya matahari dan terpaan angin. Itulah hakikat kehidupan. 

Mungkin banyak diluar sana yang memilih untuk tidak mengambil resiko dengan berusaha memotong beberapa batang pohong yang dirasa semak, padahal sebenarnya ia telah mengurangi manfaat dari pohon itu untuk bisa lebih bermanfaat baginya. Begitu juga dengan hidup ini, banyak orang yang memilih untuk tidak mau terjebak dalam berbagai masalah dengan cara menghindari masalah itu sendiri. Padahal, masalah itu tidak akan bisa selesai jika tidak kita selesaikan, dan ketahuilah akan ada manfaat dan hal baik setelah kita berhasil menyelesaikan masalah itu.

Atau ada juga tipe yang emosinya tidak terkendali, seperti diriku yang sebelumnya, berusaha menyalahkan semua yang bisa disalahkan. Selalu mengeluh dengan masalah yang ada tanpa pernah mau mencoba untuk menyelesaikannya ataupun paling tidak berfikir sejenak tentang kenapa masalah itu bisa terjadi. Orang yang seperti ini ibarat salah satu pohon tetangga ku, setiap pagi ia tidak perlu repot-repot menyapu halamannya karena pohonnya begitu ceking, tidak rindang dan sedikit sekali daunnya. Jika keadaannya seperti itu, jadi untuk apa dia menanam pohon itu jika tidak ada manfaat sedikitpun baginya? Ketahuilah setiap masalah yang diberikan kepada kita semata-mata adalah untuk menaikkan derajat keimanan kita, menambah pemahaman kita, dan membuat kita lebih bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Jika tidak mau ada masalah, untuk apa anda hidup?

Banyaknya masalah yang menghampiri kita belum tentu menaikkan derajat keimanan dan menambah pemahaman kita. Tapi belajar dan mengambil hikmah dari setiap masalah dan cobaan yang menghampiri kita itu murni akan menghaluskan kepekaan kita tentang arti makna hidup ini. Dan hikmah itu tidak hanya dari masalah dan cobaan yang diberikan kepada kita, tapi kita juga bisa belajar dari cobaan yang harus dipikul orang lain yang jika seandainya cobaan itu ditimpakan kepada kita, mungkin saja kita tidak akan sanggup dan setegar orang yang ditimpa cobaan itu. Jadi belajarlah dimanapun dan dari siapapun, walau ia tukang becak, pengemis, anak yatim, ataupun orang cacat sekalipun. Karena mereka hadir juga pasti diberikan hikmah oleh Allah kepada orang yang mau mengambil hikmah dari mereka. Percayalah!

HIkmah kedua yang aku peroleh adalah ketika kulihat dedaunan yang jatuh dari pohon itu, ada yang kuning dan ada juga yang masih hijau. Ya, itulah Kuasa Allah, bahkan setiap daun yang jatuh dari pohon saja telah Allah gariskan. Tidak memandang apakah ia telah layu ataupun masih hijau segar. Begitupun dengan hidup ini, tidak pandang usia, tua, muda, kaya, miskin semua pasti akan mati di jadwal yang telah Allah gariskan. Tidak ada istilah “ karena aku lebih ganteng jadi yang jelek aja dulu yang meninggal.” Atau “ matinya bentar lagi yang malaikat izrail, aku mau pergi tempat nenek dulu, mau dapet salam tempel” atau “ aku mau kerja, kawin, punya mobil, bisnis sukses, punya anak, punya cucu.. baru di cabut nyawanya ya..” Tidak ada yang seperti itu. Kapanpun, dimanapun, dan sedang apapun kita, tidak ada istilah tunggu dulu untuk kematian. Seketika itu juga ruh kita akan dicabut. Sudah cukupkah amal yang kita miliki? Banyak sebagian orang yang beranggapan akan menabung untuk hari akhirnya jika sudah tua nanti. Itu adalah pemikiran yang bodoh. Bayangkan jika kita mati di umur 60 tahun, dan kita menikah umur 25 tahun, dan bisnis lancar umur 40 tahunan ataupun 45 tahunan, trus sisa umur kita hanya tinggal 15 tahun lagi untuk kita menambung untuk hari akhirat. Apakah cukup dengan perbandingan 40 tahun yang telah kita sia-siakan? Cukupkah 15 tahun itu untuk menutupi shalat-shalat kita yang pernah bolong? Puasa kita yang pernah tinggal? Belum lagi ibadah-ibadah sunah yang tidak kita lakukan dengan alasan, “kan sunnah”. Padahal jelas-jelas Rasulullah bersabda “ barangsiapa yang tidak mengikuti sunnah ku maka ia bukan ummatku.” Nah lho?? Ummat siapa sih loe? Cukup gak 15 tahun untuk mengimbangin timbangan dosa-dosa yang lebih banyak dari pahala kita? Boro-boro untuk masuk surga, untuk milih berada dineraka yang paling atas aja belum tentu bisa. Wallahu’alam bissawab.

Subhanallah, hanya dari sebuah pohon saja aku bisa menemukan banyaknya hikmah yang telah Allah beri kepadanya. Masihkah aku terus mengeluh menyapu tiap pagi? Biar dah nyapu tiap pagi asal siangnya bisa tiduran santai di bawah pohon rindang kami.. hihihi… ^^

Penulis : Aslan Saputra





0 komentar:

Join Us


About Me