Blog Sahabat
Translate
Entri Populer
-
“Janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.” Shaad : 26. 1. Jihad melawan jiwa d...
-
Syiar-Fosil - Kali ini hikmah yang kudapatkan berasal dari sebuah pohon seri di depan rumah pamanku tempat ku tinggal sekarang. Layaknya ru...
-
Nama dari Nabi besar umat Islam sedunia, yakni Nabi Muhammad SAW memiliki banyak makna yang tersirat dari sebuah nama sederhana tersebut. En...
-
Klik disini untuk mengunduh Formulir Fosil.
-
Suatu hari saat chatting YM, saat aku belum memiliki akun FB.. ”Ada FB ga?” ”Ga ada. Adanya blog. Tak berapa lama kemudian. ...
Minggu, 21 April 2013
MENGGUGAT PERINGATAN HARI KARTINI
Sosok Kartini sebagai ikon pejuang wanita Indonesia dinilai ”berbau” campur tangan kolonialis. Tujuannya adalah membentuk image, bahwa perempuan berpemikiran Baratlah yang cocok dijadikan panutan. Apalagi, alam pemikiran Kartini pun banyak dipengaruhi oleh Theosofi, sebuah perkumpulan kebatinan Yahudi yang pada masa lalu sangat kuat pengaruhnya di Nusantara.
Tulisan ini tidak bermaksud memojokkan siapapun, hanya menyayangkan jika popularitas Kartini sebagai pencetus
gerakan emansipasi wanita di nusantara me-nafi-kan silsilah perjuangan perempuan lainnya yang jauh lebih prestius sebelum masanya. Karena itu, sangat disesalkan jika flatform perjuangan perempuan Indonesia terbatas pada starting-point seorang sosok Kartini yang "GEMAR CURHAT" melalui suratnya.
Sementara Indonesia mempunyai segudang figur pahlawan perempuan yang kuat, piawai, elegan, dan berbagai elemen superioritas lainnya. Seharusnya kehidupan mereka lebih layak diperingati : Cut Nyak Dien, Tengku Fakinah, Cut Mutia, Pecut Baren, Pocut Meurah Intan, dan Cutpo Fatimah yang terjun langsung ikut berperang melawan penjajahan di Aceh. Martha Christina Tiahahu yang gigih berjuang bersama Pattimura di Maluku, untuk mengusir pendudukan pasukan Kape (Belanda).
Herlina Efendi yang dianugerahi pending Cendrawasih Emas dari pemerintah RI atas jasanya untuk membebaskan Irian Barat dari pendudukan kolonial Belanda. Emmy Saelan sebagai pejuang kemerdekaan RI di Sulawesi Selatan. Bersama-sama R.W. Mongisidi, Emmy Saelan dapat melumpuhkan kekuatan kolonial Belanda yang mempunyai persenjataan lebih baik dengan taktik-taktik cemerlangnya. Malahayati, Dewi Sartika, Rohana Kudus, Laswi, Jo Paramitha, Siti Aisyah We Tenriolle, Nyai Walidah Ahmad Dahlan, Ny. Sunarjo Mangunpuspito dan pahlawan wanita lainnya ketika memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Jadi mari kita kaji ulang, pantaskah kita geneasi kini melupakan jasa2 mereka yang benar2 berjuang untuk bangsa dan negara???
Label:
Artikel
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar